Type Here to Get Search Results !

Begini Alasan Stres Bisa Menyebabkan Diare atau Sembelit

Shopiah Syafaatunnisa 0

 

Stres sebabkan diare atau sembelit
Ilustrasi (Foto: Pixabay) 

Syafnis.Com, Banyak orang mengira stres hanya berdampak pada emosi dan pikiran, padahal pengaruhnya bisa sampai ke organ tubuh, termasuk sistem pencernaan. 

Hubungan otak dan usus

Tidak sedikit orang yang mendadak bolak-balik ke kamar mandi saat cemas, atau justru tidak bisa buang air besar ketika sedang tertekan. Mengapa hal itu bisa terjadi? Jawabannya ada pada hubungan erat antara otak dan usus, yang bekerja saling memengaruhi melalui sistem saraf dan hormon.

Sistem pencernaan sering disebut sebagai otak kedua, karena di dalamnya terdapat jaringan saraf yang sangat kompleks, dikenal sebagai enteric nervous system. Jaringan ini berkomunikasi langsung dengan otak melalui saraf vagus. Ketika pikiran kita terganggu  misalnya karena stres, cemas, atau panik, sinyal dari otak bisa memengaruhi cara kerja usus.

Sebaliknya, gangguan di usus juga bisa mengirim sinyal balik ke otak, sehingga muncul rasa tidak nyaman, tegang, atau bahkan emosi mudah berubah. 

Hubungan dua arah inilah yang membuat stres dan pencernaan saling memengaruhi. Hubungan ini dikenal dengan istilah gut brain axis

Dampak Hormon Stres pada Gerakan Usus

Saat seseorang merasa stres, tubuh melepaskan hormon seperti adrenalin dan kortisol. Hormon ini memicu reaksi “fight or flight”, yaitu keadaan siaga yang membuat tubuh memprioritaskan organ penting seperti jantung dan otot untuk bertahan.

Akibatnya, aliran darah ke sistem pencernaan menurun dan otot-otot usus mulai bekerja tidak teratur. Inilah yang kemudian menyebabkan dua kemungkinan berbeda pada setiap orang.

Pada sebagian orang, usus bereaksi terlalu cepat. Gerakan otot usus menjadi lebih aktif sehingga makanan bergerak terlalu cepat melewati saluran pencernaan. Air tidak sempat diserap sempurna, dan akhirnya feses menjadi cair, terjadilah diare akibat stres.

Sebaliknya, ada orang yang justru mengalami perlambatan gerakan usus. Makanan menjadi lebih lama dicerna, air terserap terlalu banyak, dan feses menjadi keras. Kondisi ini dikenal sebagai sembelit akibat stres.

Kedua reaksi tersebut bergantung pada bagaimana tubuh seseorang merespons stres dan seberapa lama tekanan itu berlangsung.

Ketidakseimbangan Bakteri Baik di Usus

Selain memengaruhi gerakan usus, stres juga dapat mengubah komposisi bakteri baik (mikrobiota) di dalam saluran pencernaan.

Bakteri baik ini berfungsi menjaga pencernaan tetap lancar, membantu penyerapan nutrisi, dan melindungi usus dari peradangan.

Namun ketika seseorang mengalami stres kronis, keseimbangan bakteri tersebut terganggu. Bakteri baik bisa berkurang, sementara bakteri jahat berkembang lebih banyak. Akibatnya, perut menjadi mudah kembung, nyeri, dan sensitivitas usus meningkat. Konsumsi madu bisa membantu memperbaiki ketidakseimbangan bakteri baik ini. 

Inilah sebabnya banyak orang yang mengalami irritable bowel syndrome (IBS) — gangguan pencernaan fungsional yang sering kali kambuh karena tekanan psikologis. Pada kondisi ini, stres bukan hanya memperburuk gejala, tetapi juga menjadi pemicunya.

Stres sebabkan buruknya pola hidup

Ketika stres, kebiasaan makan seseorang sering ikut berubah. Ada yang kehilangan nafsu makan, tapi ada juga yang justru makan berlebihan untuk mencari kenyamanan emosional.

Perubahan pola makan ini memengaruhi ritme kerja usus dan komposisi nutrisi yang masuk ke tubuh.

Makan tergesa-gesa, konsumsi makanan tinggi lemak atau manis, serta kurangnya asupan serat semuanya bisa memperburuk kondisi diare maupun sembelit yang sudah dipicu oleh stres.

Selain itu, stres juga membuat pola tidur tidak teratur. Kurang tidur menyebabkan sistem saraf sulit menenangkan diri, dan hormon stres semakin sulit dikendalikan. Kombinasi dari semua ini membuat gangguan pencernaan semakin mudah muncul.

Mengelola Stres untuk Menjaga Pencernaan

Untuk menjaga pencernaan tetap sehat, mengelola stres menjadi langkah utama.

Tubuh perlu diajarkan kembali untuk mengenali rasa tenang. Aktivitas sederhana seperti bernapas dalam-dalam, berjalan santai, berdoa, menulis jurnal, atau sekadar menghabiskan waktu tanpa gawai dapat membantu menurunkan kadar kortisol.

Jika tubuh mulai rileks, sistem pencernaan pun ikut menyeimbangkan diri.

Selain itu, perhatikan pola makan: konsumsi makanan alami kaya serat seperti buah, sayuran, dan umbi-umbian, serta cukupkan air putih setiap hari. Pola tidur yang baik dan olahraga ringan juga membantu menstabilkan hormon stres.

Tubuh merespons stres melalui perubahan hormon dan sistem saraf, yang kemudian memengaruhi kinerja usus.

Karena itu, tidak heran jika sebagian orang mengalami diare saat cemas, dan sebagian lainnya justru sembelit ketika tertekan.

Keduanya adalah reaksi tubuh terhadap ketidakseimbangan yang terjadi di dalam sistem pencernaan.

Menjaga ketenangan pikiran sama pentingnya dengan menjaga pola makan.

Saat pikiran tenang, sistem pencernaan pun bekerja lebih stabil. Jadi, jika kamu sering mengalami gangguan perut saat stres, itu bukan kebetulan — itu adalah cara tubuh memberi tahu bahwa ia butuh istirahat, bukan hanya secara fisik, tapi juga secara emosional. Semoga bermanfaat! 

Tags

Posting Komentar

0 Komentar