 |
| Ilustrasi (Foto: Pexels) |
Syafnis.Com, Kita semua pasti pernah mengalami begadang, entah karena kerja, belajar, atau sekadar menonton serial favorit sampai larut malam. Rasanya biasa saja saat itu, tapi tahukah kamu bahwa kurang tidur bisa membuat tubuh tidak bekerja secara optimal?
Begadang atau tidur terlalu malam sering dianggap sepele, padahal tubuh kita tidak bekerja optimal tanpa tidur cukup di malam hari.
Akibatnya, kamu mungkin merasa mudah lelah, konsentrasi menurun, mood cepat berubah, dan tubuh terasa “berat” meski baru bangun tidur. Itu adalah tanda sederhana bahwa tubuh belum pulih sepenuhnya.
Selain itu, kurang tidur juga bisa memengaruhi metabolisme dan daya tahan tubuh. Tubuh kesulitan mengatur gula darah, hormon lapar dan kenyang tidak seimbang, sehingga nafsu makan bisa meningkat. Sistem imun pun melemah, sehingga tubuh lebih rentan terhadap penyakit ringan seperti flu atau sakit tenggorokan.
Dampak Kurang Tidur pada Tubuh
Menurut penelitian, efek kurang tidur sangat banyak. Pertama, konsentrasi menurun. Ini bisa sebabkan fungsi otak melambat, sulit fokus dan mengingat informasi.
Kedua, mood berubah cepat. Akibatnya, seseorang yang tidak cukup tidur mudah cemas, cepat marah, atau stres meningkat.
Ketiga, metabolisme terganggu, yakni hormon lapar (ghrelin) meningkat, hormon kenyang (leptin) menurun. Hal ini bisa menimbulkan risiko makan berlebihan.
Keempat, sistem imun melemah: tubuh lebih rentan terserang flu, infeksi, atau penyakit ringan lainnya.
Pada kurang tidur jangka pendek, misalnya satu atau dua malam berturut-turut, tubuh akan memberi sinyal berupa rasa lelah yang cepat datang, konsentrasi menurun, mood mudah berubah, dan tubuh terasa berat meski baru bangun tidur.
Reaksi sederhana ini sebenarnya adalah alarm tubuh bahwa proses pemulihan belum berjalan optimal.
Jika kurang tidur terjadi lebih sering, efeknya mulai meluas. Sistem metabolisme tubuh terganggu, hormon lapar meningkat, hormon kenyang menurun, sehingga nafsu makan bisa bertambah dan berat badan lebih sulit dikontrol.
Kemampuan otak untuk mengingat dan memproses informasi juga menurun, sementara daya tahan tubuh melemah, membuat kita lebih rentan terhadap infeksi ringan seperti flu, sakit tenggorokan, atau gangguan pencernaan. Mood yang tidak stabil juga semakin terasa; stres, mudah marah, atau cemas menjadi lebih sering muncul.
Tidur Siang Tidak Bisa Mengganti Tidur Malam
Banyak orang percaya bahwa tidur siang panjang bisa menutup kekurangan tidur malam. Padahal, penelitian menunjukkan hal ini tidak sepenuhnya benar. Tidur malam dan tidur siang memiliki fungsi yang berbeda.
Tidur malam mengikuti ritme sirkadian tubuh, sehingga tubuh dapat masuk ke fase deep sleep (NREM stage 3) dan REM sleep yang penting untuk perbaikan sel, konsolidasi memori, pemrosesan emosi, dan detoksifikasi otak.
Sementara tidur siang memang membantu menyegarkan diri dan meningkatkan fokus sementara, tetapi tidak bisa meniru seluruh manfaat tidur malam, terutama untuk otak dan sistem hormonal. Ia tidak mampu mengganti fase deep sleep malam hari.
Bahkan, tidur siang terlalu panjang bisa mengganggu ritme sirkadian, sehingga malam hari sulit tidur dan siklus tubuh tetap terganggu. Dengan kata lain, tidur siang hanyalah tambahan, bukan pengganti tidur malam yang cukup.
Justru tidur siang yang sehat itu durasinya harus singkat (20–30 menit) untuk membantu mengembalikan energi dan fokus sementara. Hal ini sejalan dengan sunah Rasul mengenai kebiasaan qailullah.
Oleh karena itu, menjaga kualitas tidur malam menjadi kunci agar tubuh bekerja optimal. Tidur malam yang cukup memungkinkan tubuh memulihkan energi, memperkuat daya tahan, dan menjaga mood serta konsentrasi.
Intinya, kurang tidur membuat tubuh tidak optimal menjalankan fungsi sehari-hari, mulai dari energi, fokus, mood, hingga daya tahan tubuh.
Jadi, meski terlihat sepele, menjaga kualitas tidur adalah salah satu cara paling sederhana untuk menjaga kesehatan dan performa tubuh.
