3 Tips Agar Proposal Penelitian yang Kamu Ajukan Minim Revisi

 

Mengetik proposal penelitian di laptop
Ilustrasi (Foto: Bram Naus/Unsplash)

Syafnis.Com, Ada tips dan trik agar proposal penelitian kamu mendekati sempurna. Ketika sidang proposal nanti, kamu tidak akan mengalami revisi atau perombakan total karena proposal penelitian kamu bagus dan dapat dilanjutkan.

Berbicara yang namanya sidang, selalu ada celah untuk para penguji sidang kamu untuk mencari kesalahan dan celah perbaikan. Tapi kalau kamu mengikuti tips berikut, kamu tidak akan direvisi besar-besaran. Minim revisi adalah impian semua mahasiswa bukan? Berikut 3 tips agar proposal penelitian kamu minim revisi sehingga tidak banyak yang perlu diperbaiki.

1. Proposal Penelitian Kamu Punya Novelty

Unsur novelty dalam suatu penelitian akan mempertaruhkan kelanjutan suatu penelitian. Kenapa? Apabila penelitian kamu tidak punya novelty, jangan harap penelitian kamu bisa dipertahankan.

Apa sih novelty dan kenapa harus ada unsur novelty? Novelty penting untuk orisinalitas penelitian kamu sehingga dapat dipertanggung jawabkan.

Sebagai contoh, kamu tertarik membahas evaluasi kurikulum. Tentu sudah banyak penelitian terdahulu yang membahas ini. Nah, apa kaitannya dengan penelitian terdahulu? Bahwa penelitian yang kamu ajukan tidak boleh ada yang sama persis dengan penelitian terdahulu, sehingga yang tidak sama itulah yang menunjukkan adanya novelty atau kebaruan.

Menelaah penelitian terdahulu penting. Selain sebagai pembeda dari segi novelty, penelitian terdahulu tersebut bisa dijadikan teori yang menguatkan hasil penelitian kamu di bab pembahasan nanti.

Unsur novelty dalam penelitian bukan berarti harus baru seluruhnya. Kalaupun ada yang sama, pastikan ada yang berbeda apakah dari segi subjek dan objek penelitian, model kurikulum yang digunakan, dan lain-lain.

Contohnya, kamu tertarik dengan judul evaluasi kurikulum bahasa Inggris. Di penelitian terdahulu menggunakan model evaluasi Tyler, Kirkpatrick, dan lain-lain. Misal di penelitian terdahulu belum ada yang meneliti menggunakan model CIPP dan kamu tertarik menggunakan model tersebut, maka itulah novelty dalam penelitian kamu.

Contoh lainnya, kamu tertarik meneliti model PBL. Di penelitian terdahulu sudah diteliti pengaruhnya pada kemampuan berpikir kritis, namun belum ada yang meneliti pengaruhnya pada kemampuan pemecahan masalah, maka itulah novelty dalam penelitian kamu.

Jenis novelty bukan hanya kebaruan atau novelty antar variabel yang diuji, tapi boleh juga ada unsur kebaruan dari segi pendekatan, model, metode, maupun topik yang diangkat sebagai sesuatu yang belum pernah dibahas. Cukup satu saja aspek kebaruan yang diambil dari jenis novelty tersebut.

Supaya kamu lebih paham, ada 2 kriteria yang wajib ada pada novelty. 

Pertama, belum pernah diteliti. Tidak harus semuanya baru sebagaimana sudah diterangkan di atas. Kamu hanya perlu menunjukkan satu saja aspek kebaruan yang paling kuat, apakah baru dari segi topiknya, apakah baru dari segi kombinasi variabel yang belum pernah diuji, dan lain-lain. Sekali lagi, cukup satu saja kebaruannya.

Kedua, jelas dan spesifik. Kamu tidak bisa melakukan klaim kalau penelitian kamu itu baru jika tidak ada dasarnya. Contohnya:

Berbeda dengan penelitian terdahulu yang menyoroti aspek A terhadap B, penelitian ini menguji A terhadap C dalam konteks bla bla bla.

Dua kriteria ini sudah memenuhi persyaratan kalau penelitian kamu terdapat unsur novelty. Akan lebih bagus lagi kalau kebaruan ditunjukkan berupa perbandingan dengan penelitian terdahulu dengan cara peneliti menjelaskan apa yang sudah dikaji dan celah (gap) yang belum dijawab sehingga memperlihatkan “research gap” yang jelas

2. Proposal Penelitian Kamu Punya Kejelasan Grand Theory

Grand theory adalah pondasi pemikiran dalam penelitian kamu yang sangat penting. Kenapa penting? Kalau grand theory kamu jelas, maka proposal penelitian kamu kuat dan kokoh secara konseptual, terarah dengan jelas, sehingga mudah dipahami dosen pembimbing maupun penguji.

Contohnya, kamu mengambil judul evaluasi bla bla bla menggunakan model bla bla bla. Model evaluasi apa, siapa, bagaimana konsepnya? Itulah grand theory yang dimaksud sehingga penelitianmu menjadi runtut dan terarah.

Kata kuncinya adalah, teori besar apa yang digunakan dalam penelitianmu? Itulah yang akan menentukan arah dalam penelitianmu dan menjadi landasan dalam penelitian tersebut.

3. Kamu Benar-benar Menguasai Metodologi Penelitiannya

Banyak kasus sidang proposal yang dicecar habis-habisan karena peserta sidang tidak menguasai betul metodologinya.

Jika grand theory adalah payungnya (payung yang menaungi keseluruhan penelitianmu), unsur novelty adalah warna baru (yang membuat penelitianmu unik dan berbeda), maka penguasaan terhadap metodologi penelitian adalah road map nya (petunjuk rute mulai dari pengumpulan data, analisis sampai disajikannya hasil dan kesimpulan).

Sebaiknya baca-baca dulu penelitian terdahulu dengan segala ragam metodologinya. Kalau kamu sudah paham metodologi, maka argumen kamu dapat dipertanggung jawabkan. Jangan sampai kamu punya teori yang sudah jelas, noveltynya ada, tapi metodologinya masih suram.

Seandainya kamu tidak mengerti metodologi, maka kamu tidak bisa menyetir kemana arah penelitianmu, dan situasi ini bisa dibabat habis-habisan oleh dosen pengujimu.

Tapi kalau kamu paham metodologi, tahu rute penelitian kamu kedepan dengan gambaran yang runtut dan sistematis, maka situasi ini sulit terbantahkan karena kamu sudah memiliki pijakan yang kuat berupa pemahaman yang jelas terhadap alur penelitianmu ke depan.

Kamu juga bisa membaca buku-buku metodologi penelitian untuk semakin mematangkan pemahamanmu.

Rekomendasi buku wajib metodologi yang paling fenomenal dan banyak dirujuk akademisi di Indonesia adalah buku metodologi penelitian karya Sugiyono. Kamu bisa cek produknya di sini.

Demikian mengenai 3 tips agar proposal penelitian yang kamu ajukan minim revisi mendekati perfek dan sempurna. Semoga bermanfaat!


Posting Komentar

0 Komentar