![]() |
Ilustrasi ratusan karya (Foto: Pixabay) |
Syafnis.Com, Kalau kamu butuh sosok inspirasi penulis yang produktif dengan segudang ilmu meski tanpa gelar, beliau adalah almarhum KH Aceng Zakaria, ulama Persatuan Islam (Persis) yang keilmuannya semampai profesor, tokoh karismatik yang menginspirasi umat dengan segudang karyanya. Berikut kisah inspiratif beliau.
Sekilas tentang KH Aceng Zakaria
Mendengar kata ulama, tentu yang ada di benak kita adalah seseorang yang senantiasa berdakwah dan mengajarkan agama. Tetapi tokoh yang satu ini memiliki keunikan yang tidak semua ulama mampu melakukannya. Sisi keunikan beliau adalah produktifitasnya dalam menulis. Padahal hal tersebut tidaklah mudah di tengah kesibukan beliau sebagai ulama besar.
Lahir pada tanggal 11 Oktober 1948, ulama kelahiran Garut ini mengenyam pendidikannya hingga Mu'allimin atau setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).
Terbentuknya sosok hebat seperti beliau tidak terlepas dari didikan masa kecil sang ayah, KH Ahmad Kurhi yang juga ulama terkemuka di desanya, yang dikenal sebagai ulama Tasawuf. Meminjam istilah Dr. Adian Husaini dalam artikelnya di Media Dakwah, bahwa pendidikan yang didapat KH Aceng Zakaria adalah model ideal yang seharusnya dicontoh para orang tua masa kini.
KH Aceng Zakaria kecil telah mendapatkan haknya berupa pendidikan yang baik dari orang tuanya dengan adab dan ibadah yang ketat. Sejak kecil dicekoki banyak kitab kuning dan mengkhatamkannya. Beliau pun terjun di organisasi sehingga membuat KH Aceng Zakaria kecil menjalani proses intelektualisme dan aktivisme yang seimbang. Tak hanya pendidikan dari orang tua, beliau pun mendapat pendidikan terbaik dari para gurunya.
Menariknya lagi, meski hanya tamatan SMA, bahkan tidak pernah mengenyam pendidikan formal timur tengah, beliau menghasilkan sejumlah karya berbahasa Arab kurang lebih sebanyak 33 buku, hal ini menunjukkan kemampuan bahasa Arab beliau yang mumpuni.
Kisah Inspiratif Menulis Produktif dengan Segudang Karya: Perjalanan Menulis KH Aceng Zakaria
Dilansir dari laman Persis, sewaktu KH Aceng Zakaria muda belajar di bangku Mu'allimin, beliau memiliki kebiasaan merangkum apa yang sudah dipelajari. Kebiasaan ini melekat dan berlangsung lama hingga menghasilkan bibit-bibit karya yang tidak sedikit sebagaimana bisa kita nikmati saat ini.
Kuluwesan ilmunya yang dituangkan dalam karya tak lepas dari perjalanan panjang keilmuan beliau semasa hidup. Beliau sejak masa muda dulu tidak hanya sungguh-sungguh belajar dan menuntut ilmu, tapi juga aktif berdiskusi, mempelajari kitab-kitab kuning yang tidak sedikit, hingga mengajarkannya kembali.
Tulisan yang pada mulanya hanya sebatas bahan ajar semacam makalah, hasil penatarannya ini kemudian beliau kembangkan menjadi buku. Begini penjelasan beliau sebagaimana dikutip laman Persis,
Sambil belajar dan bertabligh, saya mulai belajar menuliskan apa yang selama ini saya pelajari. Bahkan manuskripnya masih ada tersimpan rapi
Ada 100 lebih judul buku yang sudah dibukukan dan tersebar luas. Inilah yang patut menjadi motivasi bagi para penulis Indonesia. Mengapa? Sekalipun orang yang sangat sibuk dengan dakwah seperti beliau rupanya masih mampu menyempatkan menulis dan berkarya.
Pernah pada tahun 1990 beliau jatuh sakit selama dua bulan lamanya. Tapi justru di momen sakit tersebut beliau lebih produktif hingga menghasilkan 5 buku. Ujian sakit tidak menyurutkan semangat menulisnya.
Karyanya yang paling monumental adalah kitab gramatika bahasa Arab yang berjudul: Al-Muyassar fi 'Ilmin-Nahwi. Karyanya yang mudah dicerna masyarakat ini sangat berkontribusi sehingga dinikmati banyak kalangan tidak hanya lingkup Persis, tapi juga lintas Persis.
Al-Muyassar adalah hasil ramuan dari berbagai macam metode ilmu nahwu, baik dari kitab klasik, bahan ajar di Pajagalan Bandung, atau hasil pengalaman privat di berbagai tempat
Begitu tutur beliau sebagaimana dikutip laman Persis. Tak hanya buku bahasa, buku fikih yang berjudul: Hidayah fi Masail Fiqhiyyah Muta'aridhah karangan beliau pun sampai mendapat apresiasi dari Dr. Ahmad Amr Hasyim, salah seorang dosen Hadis di Universitas al Azhar Kairo Mesir.
Dikutip dari laman Hidayatullah, Pada tahun 2000-an, KH Aceng Zakaria menunjukkan kitab karangannya. Dosen tersebut tercengang.
“Kok orang kampung bisa nulis begini? Anda kuliah?” ujar syaikh Al-Azhar tersebut. Singkat cerita beliau tertarik dan memberikan kata pengantar di buku itu.
Sesungguhnya masih banyak lagi buku beliau hingga mencapai 103 buku dalam berbagai tema seperti ilmu fikih, ilmu bahasa, ilmu tafsir hadis, dan lain-lain. Bahkan beliau pun menjadi kolumnis di berbagai media seperti Risalah dengan lebih dari 60 artikel yang dimuat.
Wafatnya KH Aceng Zakaria
Tepatnya pada Senin (21/11/2022) pukul 21.45 WIB di Rumah Sakit Intan Husada, Kabupaten Garut, Jawa Barat, beliau wafat. Tanah air harus kehilangan ulama yang telah banyak berkontribusi banyak untuk umat tidak hanya dalam bidang dakwah, tapi juga dalam bidang karya tulis.
Demikian kisah inspiratif KH Aceng Zakaria yang patut menjadi teladan bagi para penulis di seluruh Indonesia. Dari beliau kita belajar bahwa menulis yang produktif tidak membutuhkan gelar. Sebab hal esensial yang lebih penting dari itu adalah kesungguhan menuntut ilmu dan menuangkan ilmu yang dimiliki dalam bentuk tulisan dan karya.
Maukah menjadi penulis seperti beliau yang pahalanya tetap mengalir meski telah tiada? Maka menulislah!
0 Komentar