![]() |
| Ilustrasi (Foto: Unsplash) |
Syafnis.Com, Peradangan (inflamasi) sering dianggap hanya terjadi saat luka, demam, atau infeksi. Padahal, dalam dunia kesehatan modern, banyak kasus peradangan datang dari hal-hal kecil yang kita lakukan setiap hari dan sering kali tidak kita sadari sama sekali.
Jenis peradangan ini disebut inflamasi tingkat rendah (low-grade inflammation). Tidak menyebabkan sakit langsung, tetapi perlahan melemahkan tubuh dari dalam.
Dan inilah yang membuatnya berbahaya: kita tidak merasakan apa-apa sampai masalahnya sudah besar.
Berikut ini sumber peradangan tersembunyi dalam kehidupan sehari-hari, lengkap dengan cara kerjanya di tubuh dan dampaknya.
1. Kurang Tidur
Tidur bukan hanya “istirahat”. Tidur adalah periode ketika tubuh melakukan perbaikan sel, mengatur ulang hormon, dan menurunkan kadar inflamasi.
Ketika kita kurang tidur (<6 jam), tubuh memproduksi lebih banyak sitokin pro-inflamasi (IL-6, TNF-α), hormon stres, dan radikal bebas.
Dampaknya adalah peradangan sistemik yang berjalan diam-diam. Mengapa berbahaya?Karena peradangan dari kurang tidur berkaitan dengan cepat lelah, sulit konsentrasi, mood tidak stabil, penurunan imunitas, hingga peningkatan risiko diabetes & hipertensi. Dan yang paling sering terjadi: sakitnya tidak terasa sekarang, tapi terasa 5–10 tahun kemudian.
2. Stres Emosional yang Tertahan
Banyak orang berpikir stres hanya memengaruhi pikiran. Padahal secara biologis, stres meeningkatkan hormon kortisol,engganggu keseimbangan sistem imun, serta memicu pelepasan mediator inflamasi.
Ketika stres berlangsung lama (stres kronis), kortisol justru menjadi tidak efektif. Akibatnya, inflamasi meningkat, aliran darah ke organ tertentu menurun, dan otot tegang terus menerus.
Ciri stres mulai memicu inflamasi:
- Tubuh sering “ngilu” tanpa sebabi
- Sakit kepala tegang
- Tidur tidak nyenyak
- Perut mudah tidak nyaman
- Gampang sakit
Secara ilmiah, stres kronis adalah salah satu penyebab inflamasi paling signifikan di era modern.
3. Makanan Tinggi Gula & Ultra-Proses: Inflamasi Lewat Jalur Metabolik
Ketika kita mengonsumsi makanan tinggi gula, minyak jelantah, atau produk ultra-proses, tubuh mengalami:
- lonjakan glukosa darah
- stres oksidatif
- rusakan dinding pembuluh darah
- ketidakseimbangan bakteri usus
Ini semua memicu inflamasi.
Contoh pemicu yang sangat umum misalnya: boba, gorengan, fast food, minuman kemasan berpemanis, saus kemasan, mie instan, cemilan manis, dan lain-lain.
Masalahnya, inflamasi dari makanan tidak langsung terasa, sehingga kita tidak sadar bahwa tubuh sedang terbakar perlahan dari dalam.
4. Kurang Gerak (Sedentary Lifestyle)
Tubuh manusia dirancang untuk bergerak. Ketika kita duduk terlalu lama, maka metabolisme melambat, lemak viseral meningkat, dan hormon inflamasi naik.
Lemak viseral atau lemak yang menyelimuti organ merupakan pabrik besar penyebab inflamasi. Cukup 20–30 menit jalan kaki sehari sudah terbukti menurunkan inflamasi signifikan.
5. Dehidrasi Ringan
Ini salah satu penyebab peradangan tersembunyi yang jarang dibahas.
Ketika tubuh kurang cairan, maka darah menjadi lebih pekat, sirkulasi melambat, proses detoks alami menurun, sel mengalami stres, dan inflamasi meningkat
Tanda dehidrasi ringan antara lain bibir keringr, sering haus, dan konsentrasi menurun
Dehidrasi ringan saja sudah membuat tubuh kerja ekstra. Dan kita sering tidak menyadarinya karena rasa haus muncul terlambat.
6. Paparan Cahaya Biru Berlebih (Blue Light)
Cahaya biru dari gadget pada malam hari dapat menghambat hormon melatonin, mengacaukan ritme sirkadian, serta meningkatkan stres oksidatif pada sel retina, hingga micu inflamasi level rendah. Selain itu, gangguan tidur yang dihasilkan juga memperparah inflamasi.
Peradangan bukan hanya berasal dari infeksi atau cedera. Banyak hal kecil dalam kehidupan sehari-hari bisa memicu inflamasi tanpa kita sadari. Dengan mengenali sumber-sumbernya, kita bisa membuat perubahan kecil namun signifikan untuk menjaga kesehatan jangka panjang.

