![]() |
Ilustrasi (Foto: Pavel Danilyuk/Pexels) |
Syafnis.Com, Bagi kamu yang suka menulis, mungkin pernah berpikir: “Ah, cukup menulis di blog pribadi saja, tak perlu repot kirim ke media.” Tapi, tahukah kamu? Menulis dan dimuat di media online yang punya seleksi ketat bisa jadi langkah besar dalam perjalanan menulismu. Ini bukan hanya soal tulisanmu dibaca banyak orang, tapi juga tentang membangun reputasi menulismu.
Di balik tampilan tulisan yang rapi di media online, ada proses panjang yang mungkin tidak semua orang tahu. Terlebih bagi penulis lepas atau pemula, bisa menembus media online adalah sebuah pencapaian luar biasa.
Tapi, realitanya memang ada plus minusnya. Berikut penjelasannya.
PLUS: Apa Keuntungan Menulis di Media Online?
1. Validasi Kualitas Tulisan
Saat tulisanmu lolos seleksi dan tayang di media, itu jadi tanda bahwa kamu punya kemampuan menulis yang cukup baik. Tulisanmu dianggap layak oleh editor profesional. Ini bisa jadi semacam pengakuan bahwa kamu bukan sekadar menulis untuk diri sendiri.
Ketika tulisanmu dimuat, itu menjadi bukti bahwa kamu bisa menulis sesuai standar profesional. Hal ini akan menambah nilai di mata pembaca.
2. Portofolio Nyata untuk Klien atau Lamaran
Kalau kamu melamar kerja sebagai content writer atau ingin ambil proyek freelance, kamu bisa menunjukkan contoh tulisanmu yang sudah tayang di media kredibel. Ini memberi kesan profesional dan memperkuat kepercayaan dari calon klien atau atasan.
3. Meningkatkan Personal Branding
Setiap kali tulisanmu muncul di media, itu memperkuat jejak digitalmu. Saat orang mencari namamu di Google, mereka akan menemukan tulisan-tulisanmu yang bernilai. Ini penting jika kamu ingin membangun citra sebagai penulis yang aktif dan serius.
4. Latihan Menulis yang Lebih Terstruktur
Menulis untuk media dengan redaksi membuat kamu terbiasa menulis lebih rapi, singkat, dan relevan. Kamu jadi terlatih menyusun argumen, mengikuti gaya editorial tertentu, dan terbuka terhadap revisi dari editor.
Media online yang bagus biasanya memberikan umpan balik editorial, baik berupa revisi, penghalusan gaya bahasa, atau bahkan penolakan. Dari situ, kamu bisa belajar meningkatkan kualitas tulisan dan berpikir kritis, bukan sekadar menulis apa yang kamu suka.
5. Jaringan dan Peluang Baru
Meski tidak selalu, kadang ada peluang dari satu tulisan yang tayang. Editor bisa mengajak kamu menulis lagi. Penulis lain bisa mengajak kolaborasi. Bahkan pembaca bisa tertarik dengan topik yang kamu angkat, dan itu memperluas jangkauanmu sebagai penulis.
MINUS: Apa Kekurangannya?
1. Honor yang Kecil (Atau Tidak Ada)
Ini adalah kenyataan yang perlu diketahui sejak awal. Banyak media hanya memberi honor puluhan ribu, bahkan ada yang tidak memberikan honor sama sekali meskipun itu adalah media besar.
Sepengalaman penulis, rata-rata honor per satu tulisan yang muncul mungkin kisaran 20K-50K. Sangat jarang yang melebihi itu.
Untuk penulis yang menggantungkan penghasilan dari menulis, ini jelas tidak sebanding dengan waktu dan tenaga yang dikeluarkan.
Jika kamu berharap penghasilan utama dari sini, kamu bisa kecewa. Menulis di media online bukan ladang cuan utama. Tapi jika kamu menulis atas dasar hobi, bisa tayang di media adalah sebuah kebahagiaan.
2. Tidak Menjamin Karier atau Kelanjutan
Meskipun tulisanmu tayang, bukan berarti kamu akan langsung diajak menjadi kontributor tetap, apalagi pegawai tetap. Setelah satu tulisan, kamu kembali ke awal: kirim lagi, tunggu lagi. Itulah sistem media online yang membuka tulisan dari kontributor lepas. Tapi satu hal yang harus kamu tahu, yang antri berkirim tulisan bukan cuma kamu saja. Jadi kalau tulisanmu lolos, artinya tulisanmu bagus karena telah memenuhi standar tim redaksi.
4. Tidak Cocok untuk Semua Gaya Menulis
Setiap media punya gaya dan target pembaca masing-masing. Kadang tulisan yang menurutmu bagus bisa ditolak karena tidak sesuai angle dan selera media. Jadi meskipun kamu punya ide bagus, belum tentu diterima jika tidak cocok dengan gaya mereka.
5. Tidak Bisa Jadi Sumber Penghasilan Utama
Kalau kamu sedang mencari pemasukan tetap dari dunia menulis, portofolio media online bukan jawabannya. Ini lebih cocok dijadikan pendukung, bukan tumpuan. Banyak penulis akhirnya memilih jalur lain seperti ghostwriting, content writing untuk brand, atau jualan digital produk, karena lebih menghasilkan.
6. Proses Seleksi yang Lama dan Ketat
Mengirim tulisan ke media online butuh kesabaran ekstra. Kadang kamu menunggu berminggu-minggu tanpa kabar. Bahkan media yang menyediakan form submit juga tidak selalu memberi konfirmasi. Ini bisa membuat semangat turun jika kamu tidak punya kesabaran atau motivasi yang kuat.
Demikian tentang plus minus portfolio menulis di media online namun juga jangan disepelekan. Menulis di media online bukan solusi segala hal. Tapi juga bukan langkah sia-sia.
Seperti batu loncatan kecil yang nilainya terasa ketika kamu melihat ke belakang: “Oh, aku pernah sejauh itu.” Jangan terlalu berharap besar, tapi juga jangan meremehkan pengalaman itu. Di dunia kepenulisan, semua proses punya tempatnya masing-masing.
Kalau kamu ingin punya rekam jejak yang kuat, menulis di media online tetap layak dicoba. Dunia menulis tidak harus selalu berpusat pada media. Yang penting, kamu tetap menulis, berkembang, dan menikmati prosesnya.