![]() |
Ilustrasi (Foto: Buro Millenial/Pexels) |
Syafnis.Com, Saya tidak sengaja membaca seliweran artikel yang isinya membuat nuansa pesimis seorang penulis. Sejak kemunculan AI, memang skill menulis sudah banyak digantikan AI. Menulis di era AI atau kecerdasan buatan memang menunjukkan kenyataan pahit.
Perusahaan atau klien lebih banyak membidik jasa menulis melalui pemanfaatan AI, bukan lagi jasa manusia. Selain efisiensi dari segi biaya, hasil tulisan AI juga memenuhi standar menulis yang baik dan benar.
Apakah kamu seorang penulis yang ikut lemas dan pesimis membacanya? Tapi tenang dulu. AI tidak akan bisa menggantikan penulis sepenuhnya. Kenapa? Bagaimanapun AI hanyalah mesin. Ada racikan karya hasil tangan manusia yang tidak akan bisa ditiru oleh mesin maupun teknologi secanggih apapun.
Kehadiran AI bukan akhir bagi penulis, tapi justru sebagai momentum untuk menaikkan dan meningkatkan value dengan cara upgrade skill menulis.
Berikut 12 skill menulis agar kamu tidak tergantikan AI.
1. Copywriting yang Menggugah dan Persuasif
Menjadi copywriter adalah salah satu profesi penulis yang masih menjanjikan hingga saat ini. Kenapa? Karena AI tidak mudah menggantikan copywriter seperti manusia.
Memang AI Bisa meniru kalimat persuasif layaknya manusia. Tetapi keterbatasan AI hanya mampu melakukan copywriting berdasarkan data.
Keterbatasan ini yang menyebabkan ia tidak mampu menjangkau copywriter ala manusia. Hal ini disebabkan AI tidak mampu menggunakan insting pemasaran berdasarkan konteks budaya lokal dan pengalaman real dari konsumen.
Yang menjadi poin penting di sini, bisa jadi AI meniru gaya bahasa manusia, tapi ia tidak bisa 'merasakan'. Sedangkan copywriter membutuhkan emosi dan intuisi agar tulisannya bisa 'ngena' ke hati pembaca.
Tentu mesin canggih seperti AI tidak mampu membuat tulisan yang menyentuh sisi emosional manusia. Oleh karena itu, jika kamu seorang copywriter, upgrade terus skill copywriting kamu dengan nilai tambah sisi emosional dan intuisi yang kamu punya.
Untuk contoh konkret yang lebih lengkap, kamu juga bisa pelajari: kenapa ChatGPT tidak bisa menggantikan copywriter.
2. Penulis Fiksi yang Imajinatif
Apakah kamu seorang penulis fiksi? Apakah kamu suka menulis puisi, cerita pendek, atau novel?
Fiksi adalah seni. Dan seni tidak bisa dibuat dari sekadar data. Maka, penulis fiksi tetap tak tergantikan selama ia menulis dengan jiwa dan imajinasi yang hidup. Bahkan oleh AI sekalipun.
Penulis fiksi manusia menciptakan dunia baru, karakter hidup, dan emosi otentik dari hasil perenungan mendalam, pengalaman batin, dan imajinasi.
AI tidak bisa menulis fiksi. Kalaupun ia mampu menulis cerita, ia hanya meniru pola dari data yang ia punya. AI tak bisa menandingi daya imajinasi dan kedalaman emosi penulis fiksi.
3. Penulis Opini yang Kritis dan Tajam
Tulisan opini yang bernas, reflektif, diwarnai sudut pandang yang kritis dan tajam, kemampuan ini hanya bisa dilakukan nalar manusia.
AI tidak bisa menulis opini. Sebab AI hanyalah mesin yang netral dan tidak ada keberpihakan selayaknya penulis opini. Diperlukan kepekaan sosial dan keberpihakan yang tidak bisa diciptakan mesin.
Penulis opini akan selalu dibutuhkan dari waktu ke waktu. Sebab setiap kasus, peristiwa, dan permasalahan kontemporer selalu membutuhkan kemampuan analitis manusia untuk menyuarakan pandangan orisinalitas bahkan opini tajam untuk melawan arus.
Skill menulis opini tetap relevan karena AI tak punya nurani dan sikap kritis.
4. SEO Writing yang Handal dan Strategis
![]() |
Ilustrasi (Foto: Nathana Rebousca/Unsplash) |
Meski AI bisa bantu menulis artikel SEO, tetapi manusia tetap memegang kendali strategi.
Menentukan keyword, merancang struktur konten, memahami search intent, dan menyisipkan CTA yang tepat adalah bagian dari seni SEO writing yang masih membutuhkan uluran tangan manusia.
Menulis SEO bukan sekedar teknik, tapi juga insting menulis. Tidak hanya yang sifatnya teknisi, AI pun tidak punya insting menulis.
Menulis artikel SEO bukan sekedar harus ramah mesin pencari, tapi juga enak dibaca. Di sinilah letak empati dibutuhkan yang tidak dimiliki oleh AI.
5. UX Writing / Microcopy
UX writer menulis teks pendek di antarmuka aplikasi/website yang membantu pengguna bernavigasi dengan nyaman.
AI memang bisa menulis kalimat singkat, tetapi UX writing butuh empati, pemahaman user journey, dan pengalaman manusia nyata. Inilah yang menyebabkan UX Writing masih membutuhkan manusia.
6. Scriptwriter untuk Video / Podcast
Tulisan untuk konten audio-visual membutuhkan alur naratif, punchline, gaya bicara yang hidup, dan penyesuaian dengan target audiens.
Scriptwriter yang baik adalah memahami emosi, intonasi, bahkan jeda. AI mungkin bisa membantu hanya sekedar kerangka, tapi hanya manusialah yang mampu membuat naskah terasa mengalir dan bernyawa. Itulah kenapa scriptwriter tidak bisa digantikan AI.
7. Penulis Branding dan Biografi (Personal Branding Writer)
Menulis untuk membangun citra seseorang atau merek memerlukan ketajaman dalam menggali karakter dan kepekaan untuk menjaga nilai-nilai personal.
AI tidak bisa menuliskan kisah orang lain dengan penuh empati dan estetika. Di sinilah peran penulis branding dan biografi yang tetap tak tergantikan meski oleh AI sekalipun.
Dibutuhkan empati, wawancara mendalam, dan kemampuan menyerap kepribadian klien, bukan sekadar merangkai data.
8. Storytelling yang Otentik dan Relatable
![]() |
Ilustrasi (Foto: Kenny Eliason/Unsplash) |
AI tidak punya perasaan dan tidak mampu merasakan. Ia tidak pernah mengalami patah hati, rindu, kehilangan, atau harapan.
Storytelling yang menyentuh hanya bisa datang dari penulis yang mengalami atau merasakan, AI tidak bisa melakukannya selain hanya sekadar membaca data.
Kekuatan “kisah nyata” tidak bisa ditiru oleh AI yang hanya belajar dari data publik.
9. Penulis yang Menguasai Bidang Tertentu (Niche Expert Writer)
AI adalah mesin yang memfasilitasi informasi yang sangat kaya dan umum. Ia tidak bisa menjadi penulis yang expert dan ahli di suatu bidang.
Inilah yang menjadi nilai lebih penulis ahli. Bukan hanya tak tergantikan AI, hasil tangannya pun terpercaya dan kredibilitasnya tinggi.
AI mungkin saja bisa menjawab, tapi belum tentu akurat atau relevan dengan konteks lokal/aktual. Apalagi AI menyimpan banyak data yang terkadang memberikan jawaban yang tidak selesai dan membingungkan.
10. Penulis edukatif untuk kurikulum atau e-course
Membuat materi pembelajaran membutuhkan kemampuan pedagogis, struktur berpikir yang runtut, dan gaya komunikasi yang sesuai target usia.
AI mungkun bisa bantu untuk merangkum, tapi ia tidak bisa menghidupkan materi dengan pendekatan humanis dan kontekstual. Lagi-lagi penulis edukatif inipun tidak tergantikan AI.
Menulis materi belajar yang menarik dan terstruktur butuh pengalaman, bukan hanya data. AI tak paham kebutuhan belajar nyata.
11. Technical Writer
![]() |
Ilustrasi (Foto: Walling/Unsplash) |
Technical writer bertugas menulis panduan untuk produk teknologi, perangkat lunak (software), perangkat keras (hardware), atau sistem kerja yang kompleks.
Menulis dokumentasi teknis membutuhkan pemahaman mendalam terhadap sistem, kemampuan menyederhanakan hal rumit, dan struktur bahasa yang jelas.
AI bisa bantu menyusun kerangka, tapi tetap butuh manusia yang paham konteks dan alur logis dari sistem yang dijelaskan.
AI memang bisa membantu, tapi tetap dibutuhkan manusia yang tahu betul dengan produk atau proses teknis yang sedang dijelaskan.
12. Penulis yang Unik dan Berkarakter
Yang terakhir ini, yang paling susah dimiliki AI. Gaya menulis adalah jejak jari. AI bisa meniru, tapi tidak bisa menciptakan karakter yang orisinal.
Kalau kamu punya gaya menulis khas, baik humoris, reflektif, kritis, atau lembut, itulah nilai jualmu yang tidak bisa digantikan oleh mesin canggih selevel AI sekalipun.
Gaya penulisan yang punya suara khas akan mudah dikenali dan tidak membosankan. Karakter ini adalah hasil perjalanan panjang dan tidak bisa dicontoh oleh AI yang serba netral.
Demikian mengenai skill menulis yang tidak tergantikan AI. Dunia menulis tidak benar-benar mati. Ia hanya berubah, dan penulis dituntut untuk mampu beradaptasi. Kamu tidak perlu takut AI selama kamu mau upgrade diri. 12 skill di atas membantu kamu untuk upgrade skill menulis kamu. Semoga bermanfaat!
0 Komentar