Kenapa Copywriting Tak Bisa Digantikan ChatGPT? Ini Jawabannya

 

Ilustrasi AI meniru copywriting
Ilustrasi (Foto: Hatice Baran/Pexels)

Syafnis.Com, Apabila kamu seorang copywriter yang handal, mesin secanggih apapun tidak bisa menggantikanmu. Kenapa? AI tidak bisa menggantikan seorang copywriter, semirip dan sebagus apapun tulisan copywriting yang dihasilkan. Apabila kamu belum mengerti copywriting, kamu bisa baca cara menjadi copywriter untuk pemula.

Trik Copywriting yang Tidak Bisa Dilakukan AI: Merasakan Psikologi Pembaca

AI adalah mesin. Ia memproses dan menghasilkan tulisan dari kumpulan data miliknya.

Ia bisa meniru gaya copywriting. Ia bisa menghasilkan tulisan persuasif. Tapi, ia tidak mampu merasakan karena tidak punya perasaan, inilah titik kelemahannya.

Copywriting yang efektif adalah ketika tulisannya bisa sampai ke hati pembaca. Hanya manusia yang mampu melakukan tulisan dengan potensi emosi yang dimilikinya untuk menggaet pembaca lewat kata-kata.

Menyentuh sisi emosional inilah yang tidak bisa dilakukan AI. Sebab hanya manusia yang bisa menghasilkan tulisan copy yang bisa menembus ke hati hingga membuat pembaca tergerak, sesuatu yang tidak mungkin bisa dilakukan oleh mesin.

Manusia bisa membaca konteks budaya lokal sehingga bisa lebih dekat dengan pembaca, bahkan menyesuaikan tone dari copy yang ditulisnya.

Hanya manusia yang bisa memengaruhi emosi pembaca

Sebagaimana tujuannya, copywriting adalah seni untuk memengaruhi emosi pembaca lewat kata-kata. Cukup beragam tujuan dari copywriting. Inti dari copywriting adalah agar hati pembaca merasa 'klik'.

Perlu strategi kompleks agar kata-kata yang ditulis dapat menyentuh hati pembaca. AI seperti ChatGPT mungkin bisa otomatis menghasilkan teks lengkap dalam waktu singkat, tapi menulis persuasif ala ChatGPT tetap akan terkesan datar, karena ia kosong dari 'rasa' manusianya.

Copywriting membutuhkan empati, intuisi, dan kreativitas manusia. Itulah kenapa profesi copywriter tetap relevan dan dibutuhkan.

ChatGPT tidak memiliki kemampuan psikologi konsumen dan strategi persuasi yang memadai. Belum lagi kemampuan untuk menyesuaikan tone of voice dari suatu brand.

Bukan hanya soal penulisan kata-kata, copywriting juga menuntut kemampuan timing yang tepat dan sasaran audiens yang tepat pula.

Inilah kenapa AI seperti ChatGPT tidak bisa menggantikan profesi copywriter yang tidak sekedar menulis persuasif, tapi juga menjadi psikolog, pemasar, hingga membentuk karakter suatu brand.

AI Justru Membutuhkan Copywriter

Di era AI, justru AI lah yang membutuhkan copywriter. Penulisan prompt yang efektif masih membutuhkan revisi dari manusia. 

Ketika hasil tulisan AI dirasa tidak nyambung, disinilah copywriter berperan melakukan revisi dengan menyesuaikan tulisan sesuai konteks lokal dan mengedit pemilihan kata agar lebih mengena ke hati pembaca. Elemen emosional ini yang menegaskan bahwa copywriting hasil AI pun masih membutuhkan sentuhan copywriter.

AI tidak memiliki pemahaman tentang konteks budaya lokal, komunikasi, audiens, dan lain-lain.  Di sini tampak semacam sinergitas antara copywriter dan AI untuk bisa menghasilkan tulisan yang cepat tapi juga relevan.

Maka kamu tidak perlu anti AI, AI Bisa kamu manfaatkan agar profesi copywriter kamu bisa naik level. Kamu bisa menjadi kurator dan editor dari tulisan AI. Inilah copywriter yang adaptif.

Contoh perbedaan ChatGPT dan Copywriter 

Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut.

Versi AI Generik (ChatGPT):

"Nikmati ramen pedas khas Jepang dengan kuah gurih dan mie kenyal. Cocok untuk penggemar makanan pedas. Pesan sekarang untuk pengalaman kuliner autentik."

Versi Copywriter Profesional (Gaya GoFood Indonesia):

"Jangan ngaku pecinta pedas kalau belum coba ramen ini! Kuahnya nendang, mie-nya kenyal, topping-nya melimpah.

Siap-siap ketagihan dari suapan pertama! Yuk, pesan sekarang di GoFood dan rasakan sensasi pedasnya!"

Perhatikan perbedaannya. Meskipun AI mampu menulis persuasif, tapi tulisannya masih terkesan datar dan belum hidup. Tangan manusia lah yang bisa menyisipkan jiwa dalam tulisannya sehingga bisa berbicara dengan audiens atau pembaca.

Ini karena AI tidak bisa menangkap nuansa emosi pasar secara real time, juga tidak memiliki ilmu membaca psikologi audiens.

Demikian penjelasan mengenai kenapa copywriting tak bisa digantikan ChatGPT. AI Bisa dimanfaatkan sebagai alat bantu, tapi tidak bisa menggantikan intuisi manusia. 

Peran copywriter di era AI tetap dibutuhkan. Lowongan untuk copywriter masih sering berseliweran bahkan profesi ini dibayar perusahaan dengan tidak sedikit. AI seperti  ChatGPT tidak menggantikan copywriter.

Itu artinya copywriter tetap menjanjikan. Bahkan bisa saling bersinergi dengan AI. Bukan tentang dengan atau tanpa AI, tapi fokuslah pada konten berkualitas.

Kamu hanya perlu menjadi copywriter yang adaptif dan mau untuk terus belajar dan upgrade skill kamu. Semoga bermanfaat!

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.