Menulis Penelitian: Begini Alasan Kenapa AI Tidak Bisa Menggantikan Dosen Pembimbing

 

Ilustrasi dosen sedang membimbing penelitian mahasiswa
Ilustrasi (Foto: Sora Shimazaki/Pexels)


Syafnis.Com, Di zaman teknologi yang semakin canggih, kemunculan Artificial Intelligence atau disingkat AI merambah ke banyak aspek kehidupan manusia, termasuk di bidang pendidikan. Salah satu fenomena yang kerap dibahas adalah mahasiswa yang memanfaatkan AI seperti ChatGPT hingga ke ranah membuat dan menulis penelitian. Padahal, secanggih apapun, AI tetap tidak bisa menggantikan dosen pembimbing.

Buat mahasiswa yang selalu mengandalkan AI untuk penelitiannya, jangan senang dulu. Penggunaan AI hendaknya digunakan dengan bijak. Salah satu hal penting yang harus kamu tahu adalah mahasiswa yang sedang menyusun penelitian akan tetap membutuhkan dosen pembimbing.

Berikut alasan kenapa AI tidak bisa menggantikan dosen pembimbing.


Dosen Pembimbing Memberi Arahan dengan Jelas

Kamu mungkin merasa terbantu dengan kehadiran AI yang dengan gamblang dan rinci bisa mengarahkan penelitian kamu. Tapi, AI tidak berdiskusi secara langsung, hanya mengandalkan data yang terinput rapi di memorinya. Ia tidak mengenalmu, mengenal lokasi penelitianmu, bahkan untuk sekedar berkenalan dengan sepak terjangmu. AI tidak seperti itu.

AI tidak memiliki perasaan maupun empati apabila kamu merasa bingung dan mandeg memikirkan kelanjutan penelitianmu. AI hanya bisa memberimu opsi yang banyak yang bisa semakin menambah kebingunganmu. Karena ia hanya kumpulan data. Dan yang namanya data dari manusia pun pasti adakalanya keliru.

AI adalah teknologi kecerdasan buatan, yang dalam pemanfaatannya bisa saja mengalami down dan eror. 

Pertimbangan-pertimbangan ini seharusnya semakin membukakan mata hati mahasiswa bahwa ia membutuhkan dosen  pembimbing.

Pada saat berdiskusi secara langsung, pada saat itu pula dosen pembimbing mengarahkan dengan jelas. 

Kamu tidak diberi opsi, kamu hanya perlu mengikuti alur penjelasan yang disampaikan dosen pembimbing kamu.

Kamu diarahkan berpikir secara runtut dan sistematis mengikuti arahan dosen pembimbing kamu. Cukup satu kepala saja yang kamu ikuti tersebut. Ini tentu jauh lebih baik dari pada kamu harus memilih banyak opsi seperti yang disediakan AI semisal ChatGPT, kamu harus berpikir keras dan ekstra serta memberi keputusan seketika. 

Dosen pembimbing tentu tidak seperti itu. Satu pertemuan tidak membuatmu harus berpikir banyak hal. Cukup sedikit demi sedikit. Ini lebih manusiawi untuk perjalanan penelitianmu.

Dari mulai pengajuan judul penitian, diskusikan dan fokus di satu aspek itu dulu, begitu enaknya bimbingan dengan dosen pembimbing. Tapi bila kamu menggunakan bantuan AI sebagai pembimbing, masih kurang tepat karena ia akan membawamu mengeksplorasi lebih jauh dari satu pertanyaan mendasar yang kamu ajukan hingga ke banyak cabang. 

Maka peran AI lebih tepatnya adalah alat bantu. Cukup ia menambah pemahamanmu tentang satu topik tetapi ia tidak bisa menjadi pembimbing penelitianmu. AI Bisa menyesatkan karena ia hanya merekam kumpulan data manusia dan tidak tahu menahu soal ruh penelitianmu.

AI tidak ada rasa 'membantu' selayaknya manusia memberikan bimbingan, kecerdasannya bukanlah otak manusia selain hanya mesin yang akan memberikan respon secara sistemik setiap kamu mengetikkan suatu perintah.


Dosen Pembimbing Punya Banyak Pengalaman 

Berbekal kecerdasannya hingga ia diamanahi menjadi dosen, kredibilitasnya semakin kuat karena basis pengalaman yang mumpuni.

Dosen pembimbing mempunyai kata kunci tersendiri setiap kali membimbing mahasiswanya. Pengalamannya membimbing mahasiswa ratusan banyaknya hingga bertahun-tahun lamanya membuatnya memiliki rahasia praktis membimbing yang tidak akan dimiliki mesin teknologi.

Selain itu, pengalaman ini pula yang menjadi pijakan berharga ketika mendapati persoalan penelitian mahasiswa yang mampu ia pecahkan dengan baik sebagai bukti konkrit semakin matangnya hasil dari pengalaman demi pengalaman yang dilalui.

AI tidak memiliki ini. Meskipun AI adalah hasil dari deep learning yang tersistem, ia tetap hanya memuat data manusia dan tidak memiliki pengalaman konkrit di lapangan sebagaimana yang dimiliki dosen pembimbing. Sebab AI bukanlah manusia, ia hanya mesin kecerdasan buatan yang diciptakan manusia. Dan sekali lagi, data manusia yang tersistem di mesin sangat mungkin bersifat keliru.


Arahan AI Masih Memerlukan Validasi Dosen Pembimbing

Ini adalah alasan yang realistis tentang kenapa AI tidak bisa menggantikan dosen pembimbing. Pada akhirnya, serapan informasi yang bersumber dari AI masih sangat umum, penuh opsi, dan sangat luasnya pembahasan sehingga belum terarah secara spesifik.

AI mungkin bisa memberimu saran, tapi cobalah tanya pada dirimu, apakah saran dari AI menyelesaikan kebingunganmu. Jawabannya adalah belum tentu. Kamu perlu teman diskusi yang kredibel dan akurat dari manusia cerdas, maka perjalanan penelitianmu di setiap alurnya akan selalu membutuhkan dosen pembimbing.

Validasi dosen pembimbing akan membawamu pada kemajuan dan progres penelitian yang semakin baik. Hal inilah yang tidak bisa dilakukan AI, ia justru malah menanyakan balik untuk memastikan apakah jawabannya tepat. 

Sistem mesin memang begitu, jika responnya tidak memuaskan maka ia akan merespon kembali sesuai data yang tersedia yang diarahkan oleh sistem menuju topik yang diperintahkan. Dan akan seterusnya siklusnya seperti itu. Mesin semacam AI tidak mampu melakukan validasi atas penelitianmu yang kompleks dan rumit.


Kekeliruan AI Tidak Dapat Dipertanggung Jawabkan

Dosen pembimbing adalah manusia yang bisa saja keliru ketika membimbing. Tetapi kekeliruannya tidaklah fatal dengan atribut dosen yang dimilikinya. Paling paling, ketika sidang pun, keliru hanya disebabkan perbedaan kepala antar satu dosen dengan dosen yang lain.

Lain halnya dengan kekeliruan AI. Sudah barang tentu ia bukan manusia, secerdas apapun AI tetaplah mesin. Kredibilitasnya samar, karena hanya merespon berdasar data yang tersistem.

Pada akhirnya kamu tetap membutuhkan dosen pembimbing, bukan? Kredibilitas dosen pembimbing itu pasti, dan penelitianmu tidak berarti apa-apa tanpa campur tangan dosen pembimbingmu.


Demikian mengenai alasan kenapa AI tidak bisa menggantikan dosen pembimbing. Pertama, dosen pembimbing memberi arahan dengan Jelas. Kedua, dosen pembimbing punya banyak pengalaman. Ketiga, arahan AI masih memerlukan validasi pembimbing. Keempat, kekeliruan AI tidak dapat Dipertanggung jawabkan. 

AI tetaplah mesin yang sifat kecerdasannya buatan. Tetapi dosen pembimbing itu manusia cerdas, bukan mesin. Sampai di sini seharusnya mahasiswa paham bahwa tidak ada alasan untuk bisa menghasilkan penelitian seluruhnya menggunakan teknologi secanggih AI sekalipun.

AI tetap bisa kamu manfaatkan, cukup sebagai alat bantu. Demikian alasan kenapa AI tidak bisa menggantikan dosen pembimbing, sebab AI bukanlah manusia.


Posting Komentar

0 Komentar