5 Jenis Penulis Freelance: Cocok untuk Ibu Rumah Tangga

Ibu rumah tangga menjadi penulis freelance
Ilustrasi (Foto: Monstera Production/Pexels)

 

Syafnis.Com, Sebelumnya perkenalkan, penulis Syafnis.Com dan Muslimah Kertas ini adalah seorang ibu rumah tangga. Saya memperkenalkan background saya sembari ingin mengajak ibu rumah tangga di Indonesia untuk menjadi seorang penulis freelance.

Kenapa harus menulis? Menjadi ibu rumah tangga itu berat, profesi paling rumit dan kompleks yang tidak ada sekolahnya pula. Dengan segala kerumitan hidup yang dilalui, ibu bisa menuliskan banyak tips dalam hidup yang tidak akan diketahui oleh seorang ahli atau pakar yang tidak merasakan rasanya jadi ibu rumah tangga. Ibu juga bisa menulis cerita-cerita harian ibu yang inspiratif. Jika ibu suka menulis fiksi pun ibu bisa salurkan dengan berkarya. Buah tangan ibu bisa menjadi inspirasi, motivasi, dan pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca.

Kenapa ibu rumah tangga harus menulis? Banyak loh yang memutuskan menjadi ibu rumah tangga meskipun sudah sekolah tinggi. Agar kebermanfaatan ilmunya semakin luas, ibu disarankan untuk menulis.  

Bila ibu ingin menjadi seorang penulis freelance dan bingung memulai langkahnya dari mana, saya akan membagikan 4 jenis penulis freelance yang bisa ibu pertimbangkan untuk memasuki area mana yang paling memungkinkan ibu ikuti.

1. Menulis di Blog

Untuk menulis pemula, ini bisa menjadi langkah yang tepat. Menulis di blog tidak harus diseleksi, tidak mesti menyesuaikan niche dan karakteristik tulisan, karena kita sendiri yang punya otoritas penuh atas tulisan kita.

Ibu bisa menulis apa saja baik di blogspot atau WordPress. Gak usah pusing dulu memikirkan TLD, yang penting rutin menulis aja dulu.

Selama perjalanan menulis, ibu bisa memikirkan untuk menggunakan TLD ketika ibu sudah merasa siap dan yakin dengan tulisan ibu. Yang penting menulis aja dulu. Kelak, ibu akan punya gambaran dari tulisan yang sudah terkumpul. Ibu bisa memulai menggunakan TLD ketika sudah punya ide jangka panjang dan niche blog yang sesuai dengan topik yang ibu minati.

2. Menulis di Platform Media

Kalau ibu punya target banyak pembaca, pilihan yang tepat adalah menulis di Platform Media. Ibu gak usah pusing-pusing belajar SEO, karena menulis di media ini sudah didesain ramah indeks Google, dan yang tak kalah penting adalah punya banyak traffic atau pengunjung.

Ibu bisa menulis di Platform Kompasiana, Indonesiana, dan Medium. Menulis di media ini tidak melalui proses seleksi ketat. Tapi ibu bisa merasakan sejuta manfaat. Selain bisa menjadi ajang pelatihan menulis, di Platform ini juga ibu secara otomatis telah bergabung dengan komunitas menulis sehingga bisa berbagi dan berinterasi dengan user lainnya.

3. Menjadi Kontributor Lepas

Nah, kalau ibu sudah merasa rutin menulis dan ingin menaikkan value menulis, ibu bisa coba tantangan baru dengan cara kirim tulisan ke media online.

Ibu bisa mencari media online yang sesuai dengan topik dan karakteristik tulisan. Adapun untuk karakteristik, ibu bisa menyesuaikan, yang penting tema tulisannya masuk.

Kalau tulisan ibu bisa masuk dan tembus di media online yang selektif, itu artinya tulisan ibu sudah bisa memenuhi standar menulis. Kalau sudah dianggap layak oleh redaksi media, ini tentu bagus untuk portfolio menulis ibu.

Ibu bisa mulai melebarkan sayap dengan mencari tantangan lain menulis apakah dengan cara mengikuti kompetisi menulis atau bahkan memasuki  peluang menulis yang sifatnya menghasilkan cuan.

Jika ibu tidak mau terikat karena padatnya aktifitas ibu rumah tangga, menjadi kontributor lepas adalah pilihan yang tepat. Ibu bisa mengirimkan tulisan kapanpun ibu senggang.

4. Bergabung di Marketplace Penulis Freelance

Kalau sudah punya bekal menulis yang mumpuni, punya portfolio menulis yang menarik, salah satu peluang yang bisa ibu coba adalah join di marketplace penulis. Ibu bisa memasang tarif mulai 100K per artikel. Tapi ingat ya, cuan hanyalah bonus. Maka menulislah dengan niat yang lurus.

Contoh marketplace penulis lokal yang populer yaitu sribu.com, fastwork.id, dan project.co.id. Kalau mau klien yang go internasional, ibu bisa coba di freelancer.co.id. 


5. Mencari loker penulis freelance

Cukup banyak perusahaan media yang membuka lowongan penulis freelance. Ibu bisa coba melamar lowongan ini.

Tidak seperti kontributor lepas yang tidak terikat, kalau lamaran ibu diterima, maka ibu terikat kontrak menulis sesuai dengan intruksi dari penyedia lowongan. Contohnya, dalam sehari ibu harus menulis 3 artikel dengan minimal kata 500 kata, dan seterusnya. Tetapi jangan khawatir, biasanya media-media seperti ini memfasilitasi pelatihan menulis untuk para penulisnya.

Demikian mengenai 5 jenis penulis freelance yang bisa ibu pilih.  Memang menulis semestinya dimaknai sebagai ladang ibadah dan panggilan jiwa. Karena jika niatnya untuk cuan semata, maka ibu akan rentan kecewa.

Dari 5 jenis penulis freelance, ibu mau pilih yang mana? Kalau ibu masih pemula, ibu bisa rutin menulis di blog atau platform media. Rutin saja menulis sampai tulisan ibu semakin baik dari waktu ke waktu.

Kalau ibu sudah bisa menulis rapi sesuai PUEBI tanpa typo, ibu bisa coba coba untuk berkirim ke media online yang selektif. Jangan putus asa apabila mengalami penolakan, terus saja mencoba sampai ada saatnya tulisan ibu diterima media dan itu bisa menjadi alat ukur bahwa tulisan ibu sudah bisa memenuhi standar kepenulisan yang baik.

Kalau ibu sudah sering berlatih, apalagi tulisan ibu sudah bisa tembus media, ibu bisa mulai merintis menjadi Blogger profesional, menjadi kontributor lepas apabila tidak ingin terikat, atau menawarkan jasa menulis di marketplace maupun melamar kerja menjadi penulis freelance tapi terikat prosedur dan waktu. Semoga bermanfaat!

Posting Komentar

0 Komentar