![]() |
Ilustrasi (Foto: Shutterstock) |
By: Syafnis
Kemarin hari kau baru terlahir
Berkat dirimu, rasa menjadi ibu pun mengalir
Wajahmu nan penyejuk yang tak pernah surut
Tangan mungilmu yang selalu mengobati setiap raut nafas yang merapuh
Ku perhatikan dirimu, nak
Kakimu yang dulu menendang perutku kini berlari dengan tawa ceria
Dirimu yang hanya bermain-main dalam gendonganku kini begitu bebas menikmati alam
Satu persatu kata mulai mampu kau utarakan
Kepandaianmu meniru membuatku sadar kau kan meninggalkan fase kecilmu
Nak, tubuhmu kian tegap nan semakin tinggi
Wajahmu tak seputih dulu karena sinar mentari mulai kau kenali
Semakin banyak kau tunjukan tumbuh kembang yang menyulutkan senyum tanpa batas
Nak, tangan mungilmu ini tentu tidak akan menetap sekecil ini
Nak, itu artinya, kau kan semakin besar
Nak, itu artinya, aku semakin harus memastikan langkahmu
Maafkan atas keterbatasan kami selama mewarnai hidupmu
Nak, bila kau semakin tinggi, jangan pernah kau hilangkan kenangan ini
Bahwa kau pernah menjadi tangis yang tak pernah berhenti di depanku
Bahwa kau pernah menjadi tawa yang kian lepas di dekapanku
Dan meski fase itu sudah pergi
Kau kan selalu membawa sifat bayimu, bukan?
Setinggi apapun badanmu kelak
Berjanjilah untuk selalu menangis dan tertawa dengan jujur
Karena kau masih memiliki kami yang tak akan pernah berubah menyayangimu
Nak, tetaplah menjadi bayiku
Bahwa bagian masa kecilmu adalah masa terberat ibumu
Tetaplah menjadi bayiku
Yang selalu mau kembali pada ibumu
Semarah dan semenyakitkan apapun diriku kepadamu